Still You
Add caption |
Aha! Eonnie, saengil chukkae hamnida! Mian kalau ff nya
telat. Hhe... smoga kamu suka eonnie!, Saranghae. Semoga harapan eonnie tahun
ini tercapai,amiin!. Smoga tetep langgeng ama Wookie!!
~~~
Cast : Jung
Raehee(OC)
Kim
Ryeowook
Park
Jungsoo a.k.a Leeteuk
OK FIX!
Tanpa banyak bacot lagi, happy reading readerdeul....... aku masih Biwon yang
mengharapkan komen dan saran readerdeul tercintah! Hiks... *emang ada yang baca nih FF?*
~~~
~STILL YOU~
~여저히당신을~
Musim gugur. Pasti bisa membayangkan udara yang sudah
mulai dingin. Tapi keindahan musim gugur tidak banyak yang menyangkal,benarkan?
Dedaunan yang sudah menguning menggantung indah di pepohonan, siap menunggu
angin yang akan membawanya untuk jatuh disuatu tempat.Hamparan coklat di atas
karpet hijau rerumputan, dan semilir angin musim gugur yang tampak sungkan,
menambah kedamaian di musim ini. Sangat indah jika dinikmati bersama
orang-orang terkasih.
Seorang yeoja duduk menyendiri di pinggir danau. menatap
daun maple yang baru saja terlepas dari tangkainya, terbang dibawa angin,
hingga akhirnya terjatuh di permukaan danau yang tenang.
Ia
menunggu seseorang yang belakangan ini mengisi pikirannya. Seseorang yang
mengingatkannya dengan dongsaengnya yang telah pergi untuk selamanya. Raehee
merasa namja yang sedang ditunggunya saat ini adalah seseorang yang dikirim
Raeji-dongsaengnya- sebagai pengganti dirinya dalam hidup Raehee.
~~~
Seorang namja bersurai coklat kehitaman yang dipotong
pendek dengan poni yang menutupi dahinya. Tampak mulai mengambil tempat di
bawah pohon yang terletak dipinggir danau taman kota Seoul, ia mengeluarkan
buku gambar kanvas dan peralatan lukis lainnya. Mulai menggoreskan kuasnya
untuk melanjutkan lukisannya. Memulai rutinitas hidupnya, hanya ini yang ia
lakukan selain menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa, apalagi? Dari pada diam
dirumah? Entah kenapa ide untuk melukis disini terpikir olehnya baru saat awal
musim gugur ini. “kenapa tidak dari
dulu?”, fikirnya.
Ryeowook
selalu melukis pemandangan dengan keramaian manusia didalamnya. Kenapa?, karena ia kesepian. Orang tua yang selalu sibuk dengan
bisnis masing-masing, dan teman-teman yang tidak mau berteman dengannya yang
terlalu sensitif. Ryeowook benar-benar kesepian dan ingin
berteman tapi ia terlalu gengsi untuk memulai. Rasa gengsi ini datang dalam
diri Ryeowook dikarenakan orang tuanya yang terlalu acuh dan cuek terhadap
kehidupannya, sehingga ia merasa gengsi untuk memulai percakapan atau
sebagainya, karena ia berpikir “jangan
mempermalukan diri sendiri berbicara dengan orang yang tidak mengharapkan kau
bicara”.
~~~
Srrakk…
Ssraak
Raehee mendengar suara dedaunan
kering di dekatnya yang terinjak sepatu seseorang. Rahee menoleh kesamping dan
mendapatkan namja yang sedari tadi ditunggunya mulai menyiapkan peralatan
lukisnya dibawah pohon yang tidak terlalu jauh dari tempatnya duduk.
“Akhirnya
datang juga.” Raehee tersenyum lega ia merasa cemas kalau namja itu tidak
datang hari ini, ia tadi berpikir kalau sesuatu terjadi pada namja itu.
Untunglah pikirannya itu tidak benar.
Raehee mulai memperhatikan namja
itu, tidak sedetikpun penglihatannya lepas dari namja itu. Dari awal musim gugur
hingga sekarang ini, Raehee selalu memperhatikan namja itu ditempat yang sama,
tak pernah berubah, tapi tidak pernah ada tegur sapa antara mereka berdua.
Raehee memerhatikan namja itu selalu melukis gambar yang sama,keramaian. Raehee
tau alasan namja itu melukis gambar seperti itu, karena namja itu kesepian.
Terlihat jelas bahwa namja itu kesepian dan dalam lukisannya yang bertemakan
keramaian itu ia membuat seolah-olah ia ada dalam lukisan itu.
Kim Ryeowook. Namja dingin dan tidak
pernah terlihat bergaul dengan orang lain, Raehee sudah sangat tahu akan hal
itu. Tentu saja karena mereka berada di universitas yang sama. Awalnya Rahee
tidak terlalu mengindahkan hal itu, tapi sejak musim gugur tahun lalu sejak
kepergian dongsaengnya untuk selama-lamanya, Raehee mulai menyadari berbagai
kemiripin yang tampak di diri Ryeowook dengan Raeji, dongsaengnya. Karena itu
lah ia hingga saat ini Raehee selalu memerhatikan namja itu. Hingga ia menarik
kesimpulan bahwa Ryeowook adalah pengganti Raeji yang dikirim untuknya.
Entah kenapa Raehee ingin selalu
berada disamping namja itu dan selalu mengawasinya. karena menurutnya Ryeowook
itu membutuhkan seseorang disampingnya, tetapi ia hanya terlalu gengsi untuk
mencari seseorang yang mau menemani hidupnya.
“Huufftt…”
Raehee menarik napas dalam dan
mengeluarkannya dengan perlahan. Jantungnya deg-degan untuk memulai percakapan
dengan Ryeowook.
“Annyeong
Ryeowook-ssi!!” sapa Raehee dengan senyum terbaiknya kepada namja yang sibuk
dengan alat lukisnya.
Raehee mengerucutkan bibirnya karena
Ryeowook tidak mengindahkan sapaannya. Bukan, bukan tidak mengindahkan,
Ryeowook hanya menoleh sejenak dan kembali melanjutkan aktivitasnya, seperti
tidak terjadi apa-apa.
“Aaah..
aku tau kalau kau sebenarnya mendengarku! Hehehe…” Raehee mengusap pundaknya
canggung. “Namaku Jung Raehee! Jeongmal bangapseumnida Ryeowook-ssi!!!” lanjut
Raehee dengan nada yang menggambarkan kalau ia benar-benar senang bertemu
dengan Ryeowook.
Ryeowook
menoleh dan mengerutkan alisnya, seperti meminta penjelasan atas perkataan
Raehee barusan.
Raehee
gelagapan menerima tatapan penuh selidik dari Ryeowook. “Aish! Raehee babo! Bagaimana mungkin kau mengatakan sangat senang
bertemu sementara ini pertama kalinya kau berbicara dengan namja ini!! Aigoo..”.
“Aaaah..
igo.. eumm?? Ah! Aku sering melihatmu melukis disini dan aku selalu mengamati
lukisanmu, jadi… aku suka melihat lukisan-lukisanmu!” Jawab Raehee agak keras
seolah menyembunyikan kegugupannya. Untung saja Raehee punya alasan yang cukup
kuat.
“Oh.
Jadi kau suka lukisan itu.” Jawab Ryeowook datar.
“Eum!”
angguk Raehee antusias menerima percakapannya disambut oleh Ryeowook. Walaupun
tidak antusias.
“Geundae…
kenapa kau selalu menggambar lukisan yang sama??” tanya Raehee memberanikan
diri bertanya, walaupun ia sendiri tau jawabannya.
Ryeowook
menghentikan pergerakan tangannya di atas kanvas dan menatap dalam ke mata
Raehee. “Kenapa kau ingin tahu??” tanya Ryeowook datar.
“Aahh…”
Raehee melemah mendapati tatapan dalam dan dingin Ryeowook dan pertanyaan itu. ‘persis seperti Raeji jika orang lain
bertanya “kenapa kau selalu membaca buku tebal dibanding pergi dengan
teman-temanmu??”’ bathin Raehee. Ia
tahu bahwa sebenarnya Ryeowook itu tidak punya pilihan, ia kesepian dan hanya
bisa melukis untuk mengurangi perasaan menyakitkan itu. Raehee benar-benar
terenyuh mendapati kenyataan bahwa namja yang ia sayangi ini tersiksa dengan
kesepian dan Raehee merasa ia tidak ingin melihat Ryeowook kesepian seperti
Raeji dulu, sebelum ia menyesal seperti saat sekarang ini.
“Ryeowook-ssi!
Aku mohon bahagialah, nikmati masa mudamu! Jangan seperti ini terus!, aku tahu
kau sangat kesepian” kata-kata itu meluncur lancar tanpa hambatan dari mulut
Raehee. Ia sendiri tidak yakin kalau ia baru saja melontarkan kata-kata itu.
Ryeowook
yang tadinya acuh dengan keberadaan Raehee langsung menoleh kepada Raehee dan
memberikan tatapan bertanya kepada yeoja dengan sweater rajut hijau lumut
didepannya ini.
“Apa
yang kau tahu tentang ku?” tanya Ryeowook penasaran. Ia baru pertama kali
berbicara dengan yeoja ini, tapi kenapa yeoja ini bisa tahu perasaannya? Langsung
sebersit rasa dekat dan hangat dengan yeoja ini menyelimuti hati Ryeowook yang
kedinginan.
“Aku
tahu! Aku sangat tahu! Aku mohon jangan membuatku sakit dengan keadaanmu yang
begini! Aku mohon…” Air mata Raehee jatuh. Entah kenapa Raehee ingin
mencurahkan seluruh isi hatinya, penyesalannya terhadap dongsaengnya yang
tertutup dan kesepian, penyesalannya terhadap dirinya yang baru keadaan
dongsaengnya setelah Raeji meninggal. Entah kenapa ia tidak ingin ada sesuatu
yang disimpan Ryeowook dan akhirnya akan membuatnya menyesal setelah mengetahui
hal itu terlambat saat namja itu sudah terlanjur menderita.
“Wae
geurayo??” tanya Ryeowook terkejut dengan pernyataan dan permintaan yeoja ini.
Ryeowook mendekat dan dengan canggung mengelus punggung Raehee yang bergetar.
“Mianhae.
Aku membuatmu penasaran, mianhaeyo…”
“G..gwaenchanna”
jawab Ryeowook canggung. “Tenangkan dirimu dan kau harus menjelaskan
kata-katamu tadi padaku” sambung Ryeowook dengan nada menenangkan dan menuntut
persetujuan.
“Aku
tidak ingin menyesali hidupku untuk kedua kalinya, kau mengingatkanku pada
yeodongsaengku yang telah meninggal. Aniy kau sangat mirip dengannya.” Ucap
Raehee sambil menenangkan dirinya.
“Jinjja?
Bagaimana kau bisa tahu?” Ryeowook terkejut sekaligus penasaran.
“Setiap
aku melihatmu, semua hal tentang dirimu, mengingatkanku padanya.”
“Lalu
apa maksudmu tidak menyukai hidupku yang sekarang ini?” tanya Ryeowook semakin
penasaran.
“Ryeowook-ssi!
Aku tahu kau kesepian, sama seperti dongsaengku.” Ucap Raehee mulai bercerita.
“Dongsaengku bernama Raeji, dia punya kelainan, kau tahu syndrome asperger? Raeji kesulitan untuk bersosialisasi. Bukan
berarti dia tidak mau berteman, tapi keadaannya itu yang membuatnya tidak bisa
memiliki teman. Syndrome asperger membuat
penderitanya kesulitan untuk mengekspresikan perasaan, kesulitan untuk memulai
atau mengikuti percakapan, sangat canggung dalam bersosialisasi, bahkan
denganku sendiri. Jika ia ingin memulai percakapan, ia begitu kaku dan monoton
bahkan terkadang kata-kata yang ia keluarkan ketus dan tanpa sengaja melukai
seseorang. Itulah alasan Raeji tidak punya teman. Bahkan dahulu aku sendiri
sangat malas untuk bergaul dengannya. ” Raehee mulai terisak.
Ryeowook
mengusap punggung Raehee “Kau bisa berhenti bercerita kalau ini menyakitkan
untukmu.”
“Anniyo!
Aku ingin menceritakannya kepadamu” jawab Raehee. “Kau tahu, Raeji sangat
kesepian. Hidup nya kaku, hanya dipenuhi buku-buku tebal yang tidak akan
meninggalkannya kalau ia berkata salah. Ia tidak punya pilihan, hanya itu yang
bisa menghiburnya. Ia pernah memintaku untuk membawanya hang-out, tapi jadinya
kami berdua malah ditinggalkan teman-temanku karena mereka menganggap Raeji
membosankan. Saat itu aku sangat marah dengan Raeji. Sehingga ia tidak lagi
memintaku untuk membawanya hang-out. Padahal aku tahu, saat itu Raeji sangat
bahagia.” Raehee menerawang ke langit
“Suatu
waktu, Raeji pernah bercerita denganku. Bahwa ia sangat ingin menjadi dokter,
dan ia bertanya padaku ‘adakah dokter yang membuat pasiennya kabur hanya dengan
berkata 2 kalimat?’ aku menjawab tidak. Sejak saat itu Raeji tidak lagi membaca
buku-buku kedokterannya, bahkan ia tidak lagi datang ke kampus.” Raehee
tertunduk.
“Kenapa?”
tanya Ryeowook penasaran.
“Raeji
jatuh sakit awalnya ia hanya mengalami pandangan yang kabur dan sering pusing.
Tapi ternyata saat Raeji sudah buta, dokter memfonisnya mengidap tumor otak
stadium akhir. Saat itu aku dan keluargaku merasa sangat menyesal karena tidak
memahami Raeji, bahkan kami tidak tahu kalau selama ini ia kesakitan, menderita
karena penyakit dan kesepiannya.”
“Maaf,
karenaku kau harus menceritakan hal pedih ini.” Ucap Ryeowook merasa bersalah.
“Anniyo,
aku memang harus mengatakannya. Kalau tidak aku akan bertambah pedih.” Raehee
menggeleng tegas dan menggenggam tangan Ryeowook. Awalnya Ryeowook tersentak
kaget, namun setelahnya ia bisa merasakan kehangatan yang disalurkan tangan
Raehee.
“Aku
tahu kau kesepian. Tapi aku tidak tahu apa yang membuatmu kesepian. Aku tidak
ingin kau menyimpan apapun yang memberatkanmu. Aku akan selalu ada untukmu jika
kau butuh. Aku mohon percaya padaku. Aku…. Menyayangimu… seperti aku seharusnya
menyayangi Raeji.” Ucap Raehee menatap dalam manik mata Ryeowook.
Ryeowook
terkejut, karena seorang yeoja yang ingin melindunginya, yeoja yang baru ia
kenal bahkan ia hanya mengetahui nama yeoja itu, tapi Raehee mengatakan kalau
ia menyayangi Ryeowook. Entah kenapa Ryeowook merasa sangat bahagia. Sebersit
rasa yang tidak pernah ia rasakan kini membludak dihatinya.
“G..go..mawo.
kalau kau menyayangiku.” Jawab Ryeowook pelan dengan mata berkaca-kaca. “Aku
benar-benar bahagia, aku tidak pernah sesenang ini. Bahkan orang tuaku tidak
pernah berkata begitu. Gomawo Raehee-ssi!”
“Cheonmaneyo.
Kau jangan menangis!. Aku benar-benar senang bisa melihat sisi lain dirimu hari
ini.”
~~~
Sejak pertemuan pertama mereka,
Ryeowook dan Raehee semakin dekat. Raehee bisa merasakan kembali sosok
dongsaengnya namun kali ini berbeda, sedangkan Ryeowook bisa merasakan
kebahagiaan yang selama ini tak pernah ia dapatkan.
Ryeowook tidak lagi peduli dengan
kesibukan orang tuanya. Ia tidak lagi peduli dengan nilai-nilai yang selama ini
ia cari hanya untuk memuaskan orang tua yang bahkan tidak pernah menghargai
perjuangan Ryeowook itu. Hari-hari Ryeowook lebih bahagia.
Ryeowook dan Raehee menghabiskan
hari-hari mereka selalu bersama. Raehee terus berjuang di jurusan kedokteran
yang sekarang dia ambil demi untuk meneruskan mimpi Raeji.
Hingga suatu hari, orang tua
Ryeowook yang mengetahui nilai-nilai Ryeowook menurun marah besar. Mereka
menyelidiki kehidupan Ryeowook sekarang. Mereka mendapati kedekatan Ryeowook dengan
Raehee mereka langsung beranggapan bahwa Raehee lah penyebab dari kemunduran
nilai-nilai Ryeowook. Mereka ingin memisahkan Raehee dan Ryeowook, mereka tidak
ingin satu-satunya penerus perusahaan KIM mendapat nilai-nilai buruk di kampus.
~~~
Ryeowook’s house 07.00 p.m
“Raehee-ya
eodiya?” tanya Ryeowook kepada seseorang diseberang sana.
“Eum,
geurae! Tunggu aku ne! aku akan segera menyusul.” Ryeowook tersenyum lalu
memasukan handphone-nya ke saku denim jeansnya.
Malam
ini Raehee dan Ryeowook memutuskan untuk pergi makan malam. Setelah 6 bulan
pertemuan mereka, Ryeowook ingin menyampaikan perasaan cintanya kepada Raehee.
Sebenarnya mereka berdua sudah tahu kalau mereka saling mencintai, tapi mereka
belum meresmikan perasaan itu.
“Kim
Ryeowook eodiga??” tanya Tuan Kim dingin saat Ryeowook melewati ruang keluarga
dimana kedua orang tuanya berada.
Ryeowook
tidak mengacuhkan dan terus melangkah keluar rumah.
“Sekarang
kau sudah berani membangkang hah?” tanya Tuan Kim keras sambil menyentak tangan
Ryeowook.
Ryeowook
berbalik dan menatap tajam ayahnya.
“Wae
abeoji? Apa kalian tidak puas membuatku terkurung selama ini?” tanya Ryeowook
dingin.
“Hah!
Apa yang kau tahu bocah? Kau menganggap sekarang dirimu sudah bebas dan bisa
seenaknya?” Tuan Kim menampakkan temperament kerasnya.
“Itu
hak ku untuk bebas layaknya remaja lain”
“Haish!
Apa yeoja itu yang membuat mu membangkang seperti ini hah?”
“Jangan
menyebutnya dengan ‘yeoja itu’ dia lebih mengerti diriku dari pada kalian”
desis Ryeowook tajam.
PLAAKK
Sebuah
tamparan keras mendarat di pipi Ryeowook.
“Kau
benar-benar kurang ajar. Pengawal Lee bawa anak ini!” teriak Tuan Kim keras
ditengah rumah. Nyonya Kim hanya menatap sendu tatapan terluka yang ditampilkan
Ryeowook.
Dua
orang pengawal menyeret Ryeowook. Ryeowook meronta ingin dilepaskan. Namun
terlambat pengawal dengan tubuh besar itu mengunci Ryeowook di mobil sebelum
terlebih dahulu mengambil handphone Ryeowook.
“Andwae..”
Ryeowook terus mencoba membuka pintu namun nihil mobil itu dikunci dari luar.
Ryeowook merasa hal buruk akan datang padanya. Hingga beberapa menit kemudian
orang tuanya datang dengan beberapa koper dan duduk di mobil yang sama dengan
Ryeowook.
“Eomma!
Eodiga??” tanya Ryeowook kepada sang ibu yang sedari tadi diam.
“Diam
saja Ryeowookie! Turuti saja keinginan ayah mu. ”
“Andwae!
Kita akan kemana??” tanya Ryeowook melemah.
“New
York! Kami akan mengantarmu kesana.” Ucap Tuan Kim pelan. Tapi suara pelan itu
sukses mengejutkan Ryeowook.
“Andwaeyo!
Jebal…!!!” Ryeowook kembali meronta dan memaksa
untuk mengehentikan mobil. “Raehee-ya otheokhae??” Ryeowook putus asa. Tidak mungkin ia
meninggalkan Raehee tanpa kata-kata. Tidak, ia tidak bisa meninggalkan Raehee
sekarang. Ia harus menemui Raehee, ia tidak ingin berpisah dengan Raehee.
Ryeowook
menyelinap kebelakang kursi pengemudi dan membuka kunci pintu mobil di
sebelahnya. Ryeowook-pun melompat dari mobil yang sedang melaju kencang. Tubuh
Ryeowook terpental jauh dan terguling masuk sungai kecil di sisi bawah jalan.
“Andwae!!
Ryeowookie!!!!!” jerit Nyonya Kim saat mendapati tubuh putra satu-satunya
berakhir di sungai kecil berbatu. Tuan Kim-pun tak kalah terkejutnya.
“Ryeowook-ah!!!”
panggil Tuan Kim ke tubuh anaknya yang bersimbah darah.
“Ryeowookie!
Ireona aegi-ya… jangan tinggalkan eomma nak! Maafkan eomma!!.. Wookie!..”
Kesadaran
Ryeowook yang di ambang-ambang kembali pulih mendengar panggilan kecilnya dari
sang eomma. Panggilan kecil dimana Ryeowook masih dipenuhi kasih sayang dari
kedua orang tuanya. Dan ia pun juga teringat Raehee yang sedang menunggunya.
“Eomma..
ku mohon… jangan bawa aku keluar negri. Aku mohon biarkan aku tetap disini… ”
Ryeowook menutup matanya yang terasa teramat berat “Raehee-ya annyeong. Tunggu aku.”
~~~
Kona
Beans, 08.00 p.m
Raehee berkali-kali mengecek handphone-nya,
melihat apakah ada panggilan dari Ryeowook. Tapi, tidak ada satupun. Sudah satu
jam Raehee menunggu di kafe ini setelah terakhir kali Ryeowook meneleponnya.
“Ryeowookie eodiya??” tanya Raehee
cemas. Raehee takut sesuatu yang buruk menimpa Ryeowook.
Raehee kembali mencoba menelpon
Ryeowook, seperti saat sebelumnya handphone Ryeowook masih tidak aktif. “Otheokhae??”.
Raehee mulai cemas dan takut. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pulang.
~~~
2 years later…
2 tahun Raehee lewati tanpa tahu
kabar Ryeowook. Berkali-kali Raehee mencari tahu keberadaan Ryeowook tapi
nihil, Ryeowook hilang tanpa jejak. Raehee juga sempat beberapa kali mengunjungi
rumah Ryewook, tapi ia tidak pernah melewati pagar rumah itu.
Seharusnya sekarang adalah hari
yang bahagia bagi Raehee karena hari ini ia resmi menjadi seorang dokter. Raut bahagia
nampak jelas di wajah orang tua Raehee, tapi tidak bagi Raehee. Kebahagiaan ini
terasa begitu kosong tanpa kehadiran Ryewook.
“Hee-ya! Kajja kita pulang!” sahut
Nyonya Jung kepada putrinya.
“Aahh.. anniyo eomma! Sebaiknya eomma dan appa
pulang dahulu saja. Aku masih harus ke suatu tempat.” Tolak Raehee halus sambil
tersenyum.
“Kau ingin mencari namja itu lagi,nak?” tanya Nyonya
Jung lembut.
“Ne..” jawab Raehee lemah.
“Hee-ya, appa bukannya melarang kau mencari namja
yang kau cintai itu. Tapi ini sudah 2 tahun dia tidak ada kabar, apa kau tidak
apa-apa?” tuan Jung mencoba menasehati Raehee.
“Gwaenchanna appa. Aku akan terus mencarinya,
walaupun ia sudah mati sekalipun aku harus menemukan makamnya. Tapi berharap
dia masih hidup.” Air mata telah menggenang dipelupuk mata Raehee. “Aku pergi
dulu appa, eomma!”.
~~~
Sekarang
disinilah Raehee, didepan rumah Ryeowook. Masih sama seperti dulu, ia tetap
tidak diizinkan masuk. Raehee memutuskan untuk pergi ke taman dimana pertama
kali ia dan Ryeowook bertemu.
Raehee
duduk dibangku yang sama, lagu SM The Ballad – Miss U, mengalun dari ipod di
telinganya, mewakili rasa rindunya yang teramat dalam pada sosok Ryeowook.
Raehee
yakin bahwa ia pasti akan bertemu lagi dengan Ryeowook. Ryeowook selalu datang
disetiap mimpinya. Tapi sekarang sudah 2 tahun tanpa kabar. Bagaimana Raehee
harus tetap menunggu Ryeowook, yang bahkan tidak pernah memintanya untuk
menunggu.
“Otheokhae
Ryeowookie? Apa yang harus aku lakukan? Kenapa kau meninggalkanku seperti ini?”
setetes air mata kembali lolos dari mata Raehee. “aku tidak ingin melupakanmu,
tapi kau tidak pernah kembali. Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku berharap
kau baik-baik saja dimana kau berada. Mungkin sekarang kau membutuhkanku, tapi
maaf aku tak bisa menepati janjiku, maafkan aku.”
~~~
Hari
ini adalah hari pertama Raehee melakukan praktek di rumah Sakit Gangnam, rumah
sakit terbesar kota Seoul.
“Annyeong
haseyo!” Raehee memasuki ruangan dokter pembimbingnya.
“Ah!
Oseo seyo! Jung Raehee!” sambut dokter pembimbing Raehee dengan senyum ramah
yang dihiasi dua dimple di pipinya. “Park Jungsoo imnida!”lanjut dokter tersebut sambil menjabat tangan
Raehee.
Sejenak
dunia Raehee teralih dari Ryeowook karena keramahan dokter ini. Membuat Raehee
terpikir dan sadar bahwa ia sudah seharusnya melupakan Ryeowook dan memulai
hidup baru. Tapi Raehee masih ragu dengan pikirannya itu.
“AH!
Ne uisa-nim. Naneun Jung Raehee!” balas Raehee tersenyum.
“Tidak
usah formal begitu. Panggil aku sunbae saja!” tawar Jungsoo. “Kalau begitu aku
akan mengantarmu ke ruangan yang akan kau teliti.” Tegas Jungsoo, “Ayo ikut
aku.”
Raehee
berjalan disamping Jungsoo. Mendengarkan setiap penjelasan pembimbing itu.
“Raehee-ssi!
Tugas mu adalah mengamati kerja otak dan sistem tubuh pasien yang koma” jelas
Jungsoo.
“Ne
sunbae! Tapi pasien ini sudah koma berapa lama?” tanya Raehee penasaran, karena
lama koma seseorang akan mempengaruhi sistem tubuh orang tersebut.
“Pasien
ini sudah koma selama 2 tahun.” Jawab Jungsoo membuat Raehee terkejut.
“2
tahun? Apakah pasien itu tidak pernah menampakan tanda-tanda akan sadar sunbae?”
tanya Raehee terkejut, entah kenapa jantungnya berdebar kencang saat akan
memasuki ruangan itu.
“Tidak,
orang tua pasien masih mau mempertahankan pasien. Sebenarnya fisik pasien tidak
memiliki kerusakan yang fatal, hanya saja kerja syaraf dan kesadarannya seperti
telah lumpuh.Tapi kami akan menunggu satu bulan lagi jika pasien ini tidak juga
sadar, maka rumah sakit dengan terpaksa mencabut segala alat bantu kehidupan.”
Jungsoo terus mengoceh saat mereka sudah tiba tepat disamping ranjang korban.
Jantung
Raehee seperti berhenti berdetak saat mencoba mengenali wajah yang terbaring di
depan sana dengan pernyataan Jungsoo barusan.
“Siapa??
Kenapa??” pertanyaan itu keluar dari mulut Raehee dengan spontan. Raehee memang
kesulitan melihat wajah dibalik selang-selang pembantu kehidupan itu, ia
melihat wajah Ryeowook disana, tapi ia tidak yakin, dan tidak percaya.
“Kim
Ryeowook, putra tunggal pemilik KIM coorporation. Koma 2 tahun lalu karena
kecelakann. Apa kau sudah mengenal pasien Raehee-ssi?” tanya Jungsoo melihat
ekspresi Raehee.
“Andwae..
maldo andwaee!!!” Raehee merosot jatuh terduduk di samping ranjang Ryeowook. “Andwaeyo…
Wookie-ya!!! Wookie-ya!! Ireona… jeball!!! Kenapa kau seperti ini? Kenapa kau
tidak pernah memberi tahuku? Andwaeyo Ryeowookie!!!” Raehee menangis histeris. Ia
menangis karena baru mengetahui keadaan Ryeowook yang parah, ia menangis karena
kejadian seperti yang dialami Raeji dulu, ia menangis karena penyesalan yang
menyergapi fikirannya.
Raehee
bangkit, memeluk erat tubuh Ryeowook yang sangat ia rindukan. Tubuh yang
sekarang telah kurus, rambut Ryeowook tampak tidak terurus. Raehee mengenggam
erat tangan Ryeowook. Menangis dalam diam. Jungsoo memutuskan untuk
meninggalkan Raehee sendiri.
Raehee
terus memeluk Ryeowook melepaskan rasa rindunya. Raehee merasakan tangan yang
ia genggam balas menggenggam tangannya. Raehee bangun dan melihat Ryeowook
mengerjapkan matanya silau sambil menggenggam erat tangan Raehee. Raehee yang
terkejut langsung menekan tombol didekat ranjang Ryeowook untuk memanggil
dokter.
Tak
lama dokter dan orang tua Ryeowook sudah berada di kamar inap Ryeowook.
“Raehee-ya…”
bisik Ryeowook.
Raehee
mendengarnya. Raehee mendengar Ryeowook memanggil namanya, suara yang sangat ia
rindukan. Raehee harus memberi tempat kepada para dokter untuk memeriksa
keadaan Ryeowook.
“Mukjizat!
Keadaan pasien sangat baik sekarang. Tapi kerja otaknya belum maksimal, tapi
ini paling lama hanya 24 jam sampai korban bisa kembali mengingat semuanya”. Pernyataan
dokter bagaikan angin segar bagi semua orang di ruangan ini, termasuk Raehee
disudut ruangan.
Orang
tua Ryeowook langsung menghambur memeluk Ryeowook.
“Raehee-ya…”
namun hanya satu kata yang tertanam di otak Ryeowook saat ini.
Orang
tua Ryeowook mau tidak mau memberikan tempat bagi Raehee untuk menemui
Ryeowook. Bagaimanapun Ryeowook sadar saat Raehee telah datang menjenguknya.
“Ryeowookie!!”
panggil Raehee kepada Ryeowook dengan mata berkaca-kaca tak percaya.
“Jung
Raehee saranghae!” ucap Ryeowook. Itu adalah kata-kata yang tertanam di otak
Ryeowook 2 tahun ini.
“Nado
Ryeowookie! Nan neomu nade saranghae!!” air mata Raehee bercucuran dan ia
langsung memeluk Ryeowook. “Jangan pergi lagi,eum?!”
“Aku
tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu disisimu! Mianhaeyo!!”
The END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar